Ridha merupakan bagian dari kesempurnaan
penghambaan seseorang kepada Allah, dan penghambaan seseorang itu belum
sempurna tanpa kesabaran, ketawakkalan, keridhaan, kepatuhan, kerendahdirian,
dan berhajat kepada Allah Swt.
Terdapat
banyak hasil (buah) yang dapat dipetik dari ridha, dan yang terpenting di
antaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, ridha,
gembira, dan senang kepada Allah Swt seperti yang dilakukan oleh Nabi Saw bahwa
beliau adalah orang yang paling ridha, paling gembira, dan paling senang dengan
Tuhannya. Sesungguhnya ridha dengan Allah akan membuahkan ridha Allah kepada
hamba yang bersangkutan. Karena sesungguhnya Allah meridhai orang yang
menyembah-Nya; apabila Anda meminta dengan mendesak kepada-Nya dan merendahkan
diri kepada-Nya, niscaya Dia akan menerima Anda.
Kedua, ridha akan menyelamatkan seorang hamba
dari kegundahan, kecemasan, kesedihan, kekacauan hati, tertutupnya mata hati,
dan buruknya keadaan. Oleh karena itulah, pintu surga dunia dapat dibuka dengan
ridha sebelum surga akhirat. Ridha memastikan tikan tumbuhnya ketenangan,
kesejukan, keten- teraman, dan keteguhan dalam kalbu. Sebaliknya, perasaan
marah akan menimbulkan keguncangan, keraguan, keterkejutan, dan tidak adanya
keteguhan dalam hati.
Ridha akan menurunkan ke dalam kalbu seorang hamba perasaan tenang
yang tidak dapat diturun- kan kecuali dengannya dan tiada yang lebih berguna
bagi kalbunya selainnya. Karena sesungguhnya manakala ketenangan telah bersemi
dalam kalbu seorang hamba, maka dengan sendirinya dia menjadi istiqamah, baik
keadaannya dan baik pula hatinya, sementara dia pun merasa aman, tenteram, dan
berada dalam kehidupan yang baik.
Ketiga, ridha
akan membebaskan seorang hamba dari sikap menentang Tuhannya dalam semua
perintah, hukum, dan keputusan taqdir-Nya.
Ketika iblis diperitahkan untuk bersujud kepada Adam, dia mendurhakai
perintah Tuhannya dan enggan melakukannya. Dia tidak ridha, katanya:
"Mengapa aku mesti sujud kepada manusia yang Engkau ciptakan dari
tanah?" Ketiadaan ridha dalam diri iblis mengakibatkan dia menentang
perintah Tuhannya. Kalau demikian, berarti orang-orang munafiq masa kita
sekarang ini, mereka tidak ridha dengan hukum Allah yang telah mengharamkan
riba, hijab, dan polygami melalui ungkapan mereka dalam bantahannya terhadap
Allah Rabb semesta alam.
Ucapan mereka berkisar mengenai perdebatan mereka terhadap Tuhannya
tentang ketetapan hukum yang telah dibuat-Nya, meskipun mereka tidak
mengutarakannya secara terang-terangan. Singkatnya, ridha akan membe- baskan
manusia dari perdebatan seperti ini.
Keempat, ridha
akan mewariskan rasa keadilan. Ridha akan menumbuhkan dalam diri seorang hamba
rasa keadilan sifat Tuhan. Oleh karena itu, Nabi Saw mengatakan dalam do'anya: "Adalah
sangat adil keputusan-Mu kepadaku."
Orang yang tidak merasakan keadilan Tuhan, dia adalah seorang yang
melampaui batas lagi zhalim, karena Allah adalah Mahaadil di antara orang-orang
yang adil hingga dalam masalah hukuman.
Potong tangan bagi pencuri merupakan hukuman, dan Allah Maha adil
dalam peradilan dan hukuman- Nya. Oleh karena itu, Allah tidak boleh ditentang,
baik dalam peradilan maupun hukuman-Nya.
Kelima,
ketiadaan ridha adakalanya karena luputnya sesuatu dari Anda, padahal Anda
menyukai dan mengingin- kannya; atau adakalanya karena tertimpa sesuatu,
padahal Anda tidak menyukainya dan sangat membencinya. Oleh karena itulah,
seseorang yang tidak punya rasa ridha selalu dicekam oleh kegelisahan dan
keguncangannya apabila mengalami sesuatu yang tidak disukai atau luputnya
sesuatu yang disukai darinya hingga membuatnya mengalami derita jiwa yang tak
berkesudahan.
Berbeda halnya jika
seseorang mqmiliki rasa ridha, seandainya tertimpa sesuatu yang dibencinya atau
luputnya sesuatu yang disukai darinya, dia sama sekali tidak menderita dan
tidak pula merasa sakit, karena ridha yang ada dalam dirinya mencegah semuanya
itu, sehingga dia tidak pernah berputus asa terhadap apa yang luput darinya dan
tidak pula terlalu gembira dengan apa yang telah diraihnya.
Sesuatu yang disukai darinya, dia sama sekali tidak menderita dan
tidak pula merasa sakit, karena ridha yang ada dalam dirinya mencegah semuanya
itu, sehingga dia tidak pernah berputus asa terhadap apa yang luput darinya dan
tidak pula terlalu gembira dengan apa yang telah diraihnya.
"(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka
cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira
terhadap apa yang diberikan- Nya kepadamu." (QS. Al-Hadiid (57): 23)
Ridha sangat berguna sekali bagi seseorang hingga akan membuatnya
tidak pemah merasa putus asa terhadap keinginan yang luput darinya, dan tidak
pernah pula merasa bersedih hati atau kekeruhan terhadap musibah yang menimpa
dirinya, karena semuanya itu telah tercatat dalam taqdir-Nya.
Keenam, ridha
akan membuka pintu keselamatan dari tindak kejahatan korupsi dan membersihkan
kalbu dari rasa dendam dan dengki. Karena sesungguhnya seseorang itu apabila
tidak ridha dengan bagian yang telah diberikan oleh Allah kepada dirinya,
niscaya perhatiannya senantiasa tertuju pada orang lain dengan pandangan yang
sempit lagi penuh dengan kedengkian. Dia akan mengharapkan semoga kenikmatan
lenyap dari tangan orang lain; dan rasa marah (kurang puas) akan menyuburkan hal-hal
tersebut ke dalam kalbu pelakunya.
Ketujuh, ridha
akan membuat Anda tidak pernah meragukan ketetapan Allah, taqdir, hukum, dan
ilmu-Nya, sehingga akan membuatnya pasrah kepada perintah-Nya dengan penuh
keyakinan bahwa Dia Maha bijaksana apa pun yang terjadi. Berbeda halnya dengan
orang yang marah (tidak ridha), maka selamanya dia meragukan kesemuanya itu;
dan setan selalu menggodanya dengan bisikan apakah hikmahnya bisa terjadi
begini dan begitu.
Oleh karena itulah, ridha dan yakin bagaikan dua bersaudara yang
senantiasa bersamaan. Adapun marah dan ragu merupakan dua saudara kembar yang
saling menempel satu sama lainnya.
Untuk itu, saran dari kami apabila Anda mampu berbuat dengan ridha dan
yakin, maka lakukanlah; dan jika Anda tidak mampu melakukannya, maka
sesungguhnya dalam kesabaran terkandung keba- ikan yang banyak.
Kedelapan, di antara buah ridha yang terpenting ialah
ridha akan membuahkan rasa syukur.
Orang yang marah tidak pernah bersyukur, karena dia selalu merasa
merugi, haknya dikurangi, dan bagiannya diremehkan. Demikian itu karena sesungguhnya
dia berpandangan bahwa dirinya sama sekali tidak pernah mendapatkan nikmat.
Marah timbul akibat dari sikap ingkar kepada pemberi nikmat dan
mengingkari nikmat itu sendiri. Ridha muncul akibat dari bersyukur kepada
pemberi nikmat dan mensyukuri nikmat itu sendiri.
Kesembilan, membuat seseorang tidak mengatakan kecuali
hanya hal-hal yang diridhai oleh Tuhannya.
Marah akan membuat seseorang mengatakan hal-hal yang mengandung protes
kepada Tuhan. Bahkan ada- kalanya dalam ungkapannya terkandung pengertian yang
menjurus ke arah celaan terhadap Tuhan. Orang yang ridha terbebas dari kemauan
hawa nafsu, sedang orang yang marah selalu mengikuti kemauan hawa nafsunya.
Adapun
ridha tidak dapat dihimpunkan dengan mengikuti kemauan hawa nafsu. Oleh karena
itulah, ridha dengan Allah dan ridha kepada Allah dapat mengusir hawa nafsu.
Orang yang
ridha selalu mengikuti pilihan Allah. Dia merasakan bahwa dirinya mempunyai
perbendaharaan yang tiada taranya apabila Allah meridhainya, sebab ridha Allah
lebih besar daripada surga.
Karena
sesungguhnya ketika Allah menyebutkan nikmat surgawi mengatakan dalam
firman-Nya: "Dan keridhaan Allah adalah lebih
besar." (QS. At-Taubah (9): 72)
Ridha Allah
apabila berhasil diraih, maka keduduk- annya jauh lebih besar daripada surga
dan semua kenikmatan yang ada di dalamnya.
Ridha
adalah sifat Allah, sedang surga adalah makhluk; dan sifat Allah itu jelas jauh
lebih besar daripada semua makhluk-Nya.
"Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki
dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; kekal
mereka di dalamnya dan (mendapat) tempat-tempat yarn? bagus di surga
'Adn. Don keridhoan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang
besar." (QS. At-Taubah (9): 12)
Jelasnya, yang tersimpulkan dari makna ayat ini menunjukkan bahwa
ridha Allah lebih besar dari- pada surga.
Kesepuluh, ridha
membebaskan seorang hamba dari kema- rahan manusia, karena sesungguhnya apabila
Allah meridhai hamba-Nya, Dia akan membuat semua manusia ridha dengannya.
Seorang hamba apabila berupaya untuk meraih ridha Allah, sudah semesti- nya
tidak menghiraukan ucapan manusia.
Permasalahannya akan timbul manakala seseorang berupaya untuk meraih
keridhaan dari sesama manusianya, maka dia akan merasakan dirinya begitu lelah,
karena orang yang dikejarnya sama sekali tidak punya kemampuan untuk membuat
orang lain ridha kepadanya, sehingga hidupnya berada dalam penderitaan.
Berbeda halnya dengan orang yang berusaha meraih ridha Allah, maka dia
tidak akan menghiraukan ocehan orang lain sama sekali dan tidak pula akan
memayahkan dirinya. Meskipun omongan orang lain sampai kepadanya, tentu tidak
bakal akan menyakiti hatinya karena dia tidak mempedulikannya, selama Allah ridha
kepadanya.
Kesebelas, Allah akan memberi orang yang ridha kepada-Nya
berbagai macam hal yang tidak dimintanya, bukan hanya karena pemberian Allah
sebab do'a yang dimintanya saja, selama hal itu mengandung kemashlahatan
baginya.
Keduabelas, ridha akan mengonsentrasikan kalbu
seorang hamba untuk ibadah, bila berada dalam salatnya, kalbunya bebas dari
gangguan waswas, dan bila berada dalam ketaatan, hatinya tidak kacau, sehingga
dia dapat meraih faidah yang optimal dari ibadah- nya. Ridha dapat memusatkan dan
menjernihkan hati sehingga pelakunya dapat memanfaatkannya untuk ibadah.
Ketigabelas,
ridha mempunyai kedudukan yang menakjubkan bersama dengan amalan kalbu
lainnyayang shalih. Pahalanya tidak pemah terputus dan tidak pula ada
batasannya; berbeda dengan amalan anggota tubuh lainnya, yang pahalanya
mempunyai batasan dalam waktu tertentu, maka amalan anggota tubuh lainnya
terbatas, sedang amalan yang bersifah hati tidak terbatas.
“Jikalau
mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya
kepada mereka dan berkata: 'Cukuplah Allah bagi kami.(QS. At-Taubah (9): 59)
Dalam ayat lain
dijelaskan:
"Yang demikian itu karena
sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan (karena)
mereka membenci (apa yang menimbulkan) keridhaan-Nya, sebab itu, Allah menghapus (pahala)
amal-amal mereka," (QS. Muhammad (47): 28)
Sehingga
terhadap hal-hal yang dilarang pun sudah menjadi keharusan bagi kita untuk
memahami apakah makna ridha terhadap hal-hal yang dilarang. Sudah barang tentu
kita tidak diperintahkan meridhai hal-hal yang dilarang sebagaimana tidak pula
diperintahkan untuk menyukainya, karena sesungguh- nya Allah tidak meridhainya
dan tidak pula menyukainya.
Allah
tidak menyukai kerusakan dan tidak pula meridhai kekufuran bagi
hamba-hamba-Nya. Orang- orang munafik menetapkan keputusan rahasia yang tidak
diridhai oleh Allah. Bahkan mereka mengikuti apa yang dimurkai oleh-Nya dan
tidak menyukai keridhaan- Nya. Sebab itu, Allah menghapus pahala amalan mereka.
Ridha
yang dikuatkan oleh nash ialah: ridha dengan Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai
agama, dan ridha dengan Muhammad Saw sebagai nabi anutan, ridha dengan apa yang
telah disyari'atkan oleh Allah bagi hamba- hamba-Nya dengan mengharamkan apa
yang diharamkan-Nya, mewajibkan apa yang diwajibkan-Nya, atau membolehkan apa yang
dibolehkan-Nya.