Jumat, 15 Maret 2013

SURAT-SURAT CINTA DARI TUHAN

Tiada sesuatu pun yang lebih bermanfaat bagi kalbu manusia dan lebih mendatangkan kecintaan kepada Allah selain membaca surat-surat cinta dari Allah seraya merenungi dan memikirkan maknanya. Karena surat-surat cinta ini terhimpun di dalam semua jenjang yang akan dilalui oleh orang-orang yang menempuh jalan Allah dan berbagai keadaan yang akan dialami oleh orang-orang yang beramal.
 Membaca surat-surat cinta dari Allah sebagaimana tertuang dalam kalamNya Al-Quran disertai perenungan dan pemahaman terhadap makna yang tersembunyi di balik guratan tulisannya, merupakan perintah yang  membawa manfaat besar bagi pembacanya.
Allah Swt berfirman:
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci?" (QS. Muhammad (47): 24)
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." (QS. Shaad (38): 29)
Inilah tujuan paling besar dan tuntutan yang paling penting bagi peristiwa yang melatarbelakangi turunnya Al-Qur'an. Diharapkan agar seorang hamba menyibukkan hatinya dengan memikirkan makna ayat-ayat yang dibacanya serta berinteraksi lang- sung dengannya dengan segenap perasaan dan daya imaginasinya, baik berupa permohonan do'a, per- mintaan ampunan, maupun pengharapan yang penuh dengan keoptimisan.
Hudzaifah ibnul Yaman telah menceritakan Hadits berikut bahwa pada suatu malam dia salat di belakang Rasulullah Saw, lalu beliau Saw memulai bacaannya dengan surat Al-Baqarah. Ketika sampai pada ayat yang keseratus beliau ruku', lalu melanjutkan bacaannya pada raka'at berikutnya. Sesudah itu beliau Saw membaca surat An-Nisaa', kemudian membaca surat Ali 'Imran. Bacaan yang dilakukan- nya begitu teratur dan tartil.
Apabila sampai pada ayat yang mengandung perintah untuk bertasbih, beliau mengucapkan tasbih; apabila sampai pada ayat yang menganjurkan untuk meminta, maka beliau meminta; dan apabila sampai pada ayat yang menganjurkan untuk meminta perlindungan, maka beliau meminta perlindungan.
Dahulu Nabi Saw apabila membaca surat Al-A'la yang mengandung perintah untuk bertasbih, maka beliau menghentikan sejenak bacaannya untuk membaca subhaana robbiyal a'laa, lalu melanjutkannya hingga akhir surat.
Hal ini akan mewariskan dalam diri pelakunya kecintaan, kerinduan, ketakutan, keoptimisan, pengaduan, tawakkal, ridha, syukur, sabar, dalam semua keadaan dan amalan kalbu.Dalam waktu yang sama akan menghardik diri pelaku-nya terhadap sifat-sifat yang tercela dan perbuatan - perbuatan yang buruk yang dapat merusak dan membinasakan kalbunya.
Hasan Al-Bashri  mengatakan bahwa Al-Qur'an diturunkan untuk diamalkan. Oleh karena itu, jadikanlah membacanya sebagai sarana untuk mengamal- kannya. Mentafakkuri kandungan makna Al-Qur'an merupakan pokok kebaikan kalbu, sedang meng- amalkannya adalah hal yang merealisasikannya. Oleh karena itu, keberadaan salah satunya harus disertai dengan yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar