Tiada sesuatu pun yang lebih bermanfaat bagi kalbu manusia dan lebih
mendatangkan kecintaan kepada Allah selain membaca surat-surat cinta dari Allah
seraya merenungi dan memikirkan maknanya. Karena surat-surat cinta ini terhimpun
di dalam semua jenjang yang akan dilalui oleh orang-orang yang menempuh jalan
Allah dan berbagai keadaan yang akan dialami oleh orang-orang yang beramal.
Membaca surat-surat cinta dari
Allah sebagaimana tertuang dalam kalamNya Al-Quran disertai perenungan dan pemahaman
terhadap makna yang tersembunyi di balik guratan tulisannya, merupakan perintah
yang membawa manfaat besar bagi
pembacanya.
Allah Swt berfirman:
"Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci?" (QS. Muhammad (47):
24)
"Ini adalah
sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai pikiran." (QS. Shaad (38): 29)
Inilah tujuan paling besar dan tuntutan yang paling penting bagi
peristiwa yang melatarbelakangi turunnya Al-Qur'an. Diharapkan agar seorang
hamba menyibukkan hatinya dengan memikirkan makna ayat-ayat yang dibacanya
serta berinteraksi lang- sung dengannya dengan segenap perasaan dan daya
imaginasinya, baik berupa permohonan do'a, per- mintaan ampunan, maupun
pengharapan yang penuh dengan keoptimisan.
Hudzaifah ibnul Yaman telah menceritakan Hadits berikut bahwa pada
suatu malam dia salat di belakang Rasulullah Saw, lalu beliau Saw memulai
bacaannya dengan surat Al-Baqarah. Ketika sampai pada ayat yang keseratus
beliau ruku', lalu melanjutkan bacaannya pada raka'at berikutnya. Sesudah itu
beliau Saw membaca surat An-Nisaa', kemudian membaca surat Ali 'Imran. Bacaan
yang dilakukan- nya begitu teratur dan tartil.
Apabila sampai pada ayat yang mengandung perintah untuk bertasbih,
beliau mengucapkan tasbih; apabila sampai pada ayat yang menganjurkan untuk
meminta, maka beliau meminta; dan apabila sampai pada ayat yang menganjurkan
untuk meminta perlindungan, maka beliau meminta perlindungan.
Dahulu Nabi Saw apabila membaca surat Al-A'la yang mengandung perintah
untuk bertasbih, maka beliau menghentikan sejenak bacaannya untuk membaca subhaana
robbiyal a'laa, lalu melanjutkannya hingga akhir surat.
Hal ini akan mewariskan dalam diri pelakunya kecintaan, kerinduan,
ketakutan, keoptimisan, pengaduan, tawakkal, ridha, syukur, sabar, dalam semua
keadaan dan amalan kalbu.Dalam waktu yang sama akan menghardik diri pelaku-nya
terhadap sifat-sifat yang tercela dan perbuatan - perbuatan yang buruk yang
dapat merusak dan membinasakan kalbunya.
Hasan Al-Bashri mengatakan
bahwa Al-Qur'an diturunkan untuk diamalkan. Oleh karena itu, jadikanlah
membacanya sebagai sarana untuk mengamal- kannya. Mentafakkuri kandungan makna
Al-Qur'an merupakan pokok kebaikan kalbu, sedang meng- amalkannya adalah hal
yang merealisasikannya. Oleh karena itu, keberadaan salah satunya harus
disertai dengan yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar